Minggu, 27 Oktober 2013

Bahasa Indonesia 1 : Kata dan Pilihan Kata

K A T A

1. DEFINISI

Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Sanskerta kathā. Dalam bahasa Sansekerta, “katha” artinya “bahasa”, “konversasi”, “cerita” atau “dongeng”.Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti semantis menjadi "kata".

Pengertian Kata dari segi bahasa, adalah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Atau dengan definisi lain, sebuah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya gelas, handuk, gembira) atau gabungan morfem (misalnya pendatang, pembuat, mahakuasa).Arti morfem sendiri adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna secara stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil.

Pengertian kata menurut :
1. Menurut wikipedia :
Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.

2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :
Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa

3. Menurut Bloomfield (dalam Chaer, 1994:163):
“kata adalah satuan bebas terkecil (a minimal free form)”

JENIS KATA

Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:

1.   Nomina (kata benda): nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
2.   Verba (kata kerja): kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari.
•    Verba transitif (membunuh),
•    Verba kerja intransitif (meninggal),
•    Pelengkap (berumah)
3.   Adjektiva (kata sifat): kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
4.   Adverbia (kata keterangan): kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
5.   Pronomina (kata ganti): kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
•    Orang pertama (kami),
•    Orang kedua (engkau),
•    Orang ketiga (mereka),
•    Kata ganti kepunyaan (-nya),
•    Kata ganti penunjuk (ini, itu)
6.   Numeralia (kata bilangan): kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
•    Angka kardinal (duabelas),
•    Angka ordinal (keduabelas) vf
7.   Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
•    preposisi (kata depan) (contoh: dari),
•    konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena),
•    artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the),
•    interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
•    partikel.

2. IMBUHAN DARI BAHASA ASING

Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Awalan terdiri dari me, di, ke, ter, pe, per, se, ber, dan dijelaskan dalam contoh.

1.   Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan pe- pada suatu kata dasar dapat berfungsi menjadi kata benda. Perubahan awalan me- menjadi meng-, pe- menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/, /u/, /o/, /k/
•    Contoh: ambil – mengambil, hancur – penghancur
2.   Perubahan awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/
•    Contoh: coba – mencoba, dorong – pendorong
3.   Perubahan awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /b/, /f/, /v/
•    Contoh: beli – membeli, pembeli
4.   Perubahan awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /s/
•    Contoh: siksa – menyiksa, penyiksa
5.   Kata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/ diubah menjadi /m/ dan /n/
•    Contoh: pakai – memakai, pemakai
6.   Kata dasar yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.
•    Contoh: lamar – melamar, pelamar
7.   Awalan ber- dan per- berfungsi membentuk kata kerja aktif.
8.   Untuk kata dasar yang diawali dengan r, maka awalan ber- menjadi be-, per- menjadi pe-.
•    Contoh: Renang – berenang, perenang
9.   Awalan di- dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif. Penempatan obyek di depan sebagai subyek dalam kalimat dan pemindahan pelaku menjadi obyek dalam kalimat dapat diterapkan untuk kedua awalan ini.
•    Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)
•    Kotoran itu terinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)
10.  Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata benda.
•    Contoh: Ikat – seikat, Indah – seindah
11.  Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja intransitif ( tidak membutuhkan obyek).
•    Contoh: Luar – keluar (Ia sedang keluar .)
•    Dalam – kedalam (Mereka sedang kedalam.)



Awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga oleh penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut:
•    a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’.
•    anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan dengan’.
•    bi- misalnya padab ilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’.
•    de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’.
•    eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata ‘mantan’.
•    ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.
•    hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau ‘sangat’.
•    in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’.
•    infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.
•    intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’.
•    inter- misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan antar-.
•    ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersama-sama’ atau ‘beserta’.
•    kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’.
•    makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’.
•    mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau ‘renik’.
•    multi- seperti padamultipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’.
•    neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini artinya ‘baru’.
•    non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.

A.   SANSEKERTA (-man , -wan, -wati)
1.   Imbuhan –man
Ciri:
•    diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal –i
•    Menunjukkan laki-laki
•    Fungsi : menbentuk kata benda
Contoh:seniman, budiman
2.   Imbuhan –wan
Ciri :
•    Diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal selain –i
•    Menunjukkan laki-laki
•    Fungsi : membentuk kata benda dan sifat
Contoh : cendekiawan , wartawan
3.   Imbuhan –wati
Ciri :
•    Sejalan dengan akhiran-wan
•    Menunjukkan wanita
Contoh : peragawati , olahragawati
B.   ARAB ( -i, -wi, -iah )
Ciri :
•    Diletakkan pada kata yang berakhir dengan vokal-a
•    Makna : mempunyai sifat
•    Fungsi : membentuk kata sifat / kata benda
Contoh : surgawi , duniawi
C.   EROPA ( -is, -isme, -isasi )
1.   Imbuhan –is
Ciri :
•    Berasal dari bahasa belanda
•    Fungsi : membentuk kata sifat atau kata benda
Contoh: teoritis , aktivis
2.   Imbuhan –isme
Ciri :
•    Berasal dari bahasa belanda
•    Makna : aliran atau paham
•    Fungsi : membentuk kata benda
Contoh : komunisme , kapitalisme
3.   Imbuhan –isasi
Ciri :
•    Berasal dari bahasa inggris
•    Makna : proses
•    Fungsi : membentuk kata benda
Contoh : urbanisasi , imunisasi

3. UPAYA PENGINDONESIAAN
Perkembangan Bahasa Indonesia dalam sejarah berawal dari penggunaan bahasa itu sebagai lingua franca (bahasa perantara)  berlanjut dalam sejarah bangsa Indonesia dalam peristiwa Sumpah Pemuda 1928. Semenjak merdeka bahasa Indonesia dikukuhkan dalam UUD 1945 sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi atau bahasa negara.
Peningkatan penutur bahasa Indonesia dicerminkan oleh tumbuh dan pesatnya golongan terdidik dan adanya penutur di luar penutur asli Indonesia. Oleh penutur asli,  bahasa Indonesia sudah terbukti bisa sebagai bahasa yang telah mengemban "kedudukan dan fungsinya". Sedangkan oleh penutur asing bahasa Indonesia telah berkembang sebagai bahasa kedua mereka, seperti yang dipelajari oleh warga negara Australia.
Khusus tentang pengindoneisaan kata atau istilah asing telah diupayakan oleh Pusat Bahasa atau Badan Bahasa adanya Seri Pedoman : Pdm 005 yang diterbitkan Depdiknas, 2008 dengan judul "Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing". Dalam buku ini buku ini kita bisa mempelajari Garis Haluan Pengertian Nama dan Kata Asing  yang diurai  pada bagian I, sedangkan bagian II menguraikan tentang Daftar Padanan Kata dan Ungkapan Asing Indonesia.

4. HUBUNGAN MAKNA KATA

1.   Sinomimi

adalah hasil relasi makna yang bisa didefinisikan sebagai nama lain benda atau hal yang sama. Sinomimi tidak harus memiliki arti yang sama , melainkan arti yang mendekati sama atau mirip .contoh :
•    pintar sinonimnnya : cerdik , cerdas , dan cakap
•    mati sinonimnya : meninggal , berpulang .wafat , gugur atau tewas.
Faktor terjadinya sinomimi dalam perbendaharaan sebuah bahasa adalah
a.   penyerapan kata asing non lokal , contoh :
•    percaya sinonimnya iman
•    perilaku sinonimnya akhlak
b.   penyerapan kata daerah ,contoh :
•    ramai sinonimnya heboh
•    tekad sinonimnya keukeuh dan ngotot
c.   makna emotif dan evaluatif ,contoh :
•    berlebih sinonimnya lebay
•    kampungan sinonimnya kamseupay
•    sedih sinonimnya galau
Kata bersinomimi tidak dapat dipertukarkan tempatnya karena dipengaruhi beberapa faktor yakni : (1) faktor waktu , (2) faktor tempat atau daerah , (3) faktor sosial , (4) faktor kegiatan , dan (5) faktor nuansa makna .

2.   Antonimi dan Oposisi

adalah nama lain untuk menyebut benda lain atau suatu obyek , bisa pula kebaliknannya .
contoh : Sejak sakit batuk, ia pantang minum es yang berarti Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
Perlawanan atau oposisi ini memiliki banyak jenis . Beberapa antaranya adalah :
a.   Oposisi kembar : perlawanan kata yang merupakan pasangan atau kembaran yang mencakup dua anggota
contoh :
•    laki-laki >< perempuan
•    kaya >< miskin
•    ayah >< ibu
b.   Oposisi gradual : penyimpangan dari oposisi kembar antara dua istilah yang berlawanan , namun masih terdapat sejumlah tingkatan anatara . artinya dlama pisisi kembar tersebut ada tingkatatna (gradual) yang bisa dijabarkan . Dan urutannya dari yang paling dominan , sampai yang paling kecil .
contoh : kaya dan miskin
pada kata kaya dan miskin tersebut terdapat tingkatan (gradual) sangat kaya - cukup kaya - kaya - miskin - cukup miskin - sangat miskin
c.   Oposisi Relasional : oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan , relasi pertentangan yang brsifat saling mlengkapi .
contoh : menjual beroposisi membeli , suami beroposisi istri , utaa beroposisi selatan .

3.   Homonimi

adalah dua kata atau lebih yang memilik persamaan bentuk pengucapan dan tulisan . Akan tetapi , memiliki perbedaan arti :
contoh : (1) Malam nanti aku akan menemui kekasihku di alun alun kota pukul sembilan malam .(2) Aku belajar membuat batik dengan malam .
maksud dari kalimat (1) dan (2) memilik persamaan bunyi dan tulisan . Akan tetapi artinya berbeda . Kata malam pada kalimat pertama : waktu setelah matahari tenggelam , atau sehabis siang . sedangkan kalimat kedua : berarti lilin untuk mmembatik .

4.   Hiponimi

Kata Hiponimi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu onoma berati "nama" dan hipo berati "dibawah" . Jadi secar harfiah berarti nama yang termasuk dibawah nama lain . Menurut dunia semantik , hiponimi menyatakan ungkapan (biasanya berupa kata , tetapi kiranya dapta juga berupa frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari suatu ungkapan lain .
contohnya : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan sebab makna tongkol berada atau termasuk dalam makna kata ikan , Tongkol memang ikan bukan hanya tongkol melainkan juga termasuk bandeng , tenggiri , teri , mujair , cakalang ,dan sebagainya . Kalau diskemakan menjadi :
ikan = tongkol - bandeng - tenggiri - teri - mujair - cakalang .
Kalau relasi antar dua buah yang bersinonim , berantonim , dan hiponim bersifat dua arah , relasi antara dua buah kata kata yang bersinonim ini adalah searah . Jadi , kata tongkol berhiponim terhadap kata ikan , tetapi kata ikan tidak berhiponim terhadap kata tongkol , makan ikan meliputi seluruh jenis ikan , Dalam hal ini relasi antar ikan dengan tongkol (atau jenis ikan lainya ) disebut hipernimi .

5.   Polisemi

adalah istilah untuk menyebut penggunaan dua kata atau lebih yang meiliki bentuk yang sama namun masuh memiliki hubungan makna . Polisemi berbeda dengan homonim , karna dalam polisemi digunakan secara konotatif (kecuali kata induknya).
Polisemi atau suatu kata yang mempunyai makna lebih dar satu , juga bisa lahir karna perubahan makna akibat perbedaan bidang pemakaian . Misalnya kata panas dalam kalimat 'adik yang sakit panas meminum obat obatan herbal yang diracik mama' adalah kata panas yang digunakan di bidang pengobatan . Sementara kalimat 'Anggota DPR Angelina dianggap menerima uang panas sehingga membuatnya menjadi tersangka kasus korupsi' dalah kata panas yang digunakan di bidang jurnalistik dalam hal ini berita kriminal .
contoh polisemi :
•    saya masih punya hubungan darah dengan keluarga Bu RANI
•    tubuhnya berlumuran darah setelah kepalanya terbentur tiang listrik .
kata darah pada kalimat pertana berarti keluarga , sedangkan darah pada kalimat kedua berarti zat memerah dalam tubuh kita .

Sumber :

·  http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-kata.html
·  http://id.wikipedia.org/wiki/Kata
·  http://id.wikibooks.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Prefiks
·  http://diah-erawati.blogspot.com/2012/12/imbuhan-asing.html
·  http://metonomia.blogspot.com/2012/09/pengindonesiaan-kata-dan-ungkapan-asing.html
·  http://www.bimbie.com/relasi-makna.html

0 komentar:

 

Nurlatifa Kurniawati Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang